Masjid Kauman, Masjid Kuno di Semarang
Masjid Besar
Kauman Semarang adalah sebuah Masjid yang berada di Semarang tepatnya masjid
ini terletak di Jl. Alun-alun Barat Nomor 71 Semarang atau sebelah barat Pasar
Johar Semarang. Sekarang Masjid Kauman atau Masjid Besar Semarang letaknya
tidak lagi berada dalam wilayah Kampung (Kelurahan) Kauman, tetapi masuk dalam
wilayah Kelurahan Bangunharjo Semarang Tengah.
Masjid Kauman
didirikan pada awal abad ke-16. Pendiri masjid itu ialah Kiai Ageng Pandanaran
yang kemudian mendirikan masjid lagi di sekitar Bubakan, yang menjadi tempat
kabupaten setelah hijrah akibat pemberontakan orang-orang China yang dikenal
dengan Perang Semarang (1742).Masjid Kauman mengalami renovasi berkali-kali.
Kiai Adipati Surohadimenggolo III, sebagai Bupati Semarang kala itu, mengganti
masjid itu menjadi masjid yang lebih besar pada 1759-1760. Pembangunan itu
diperingati dengan tiga buah inskripsi yang kini masih tertempel di gapura
utama masjid yang bertuliskan huruf Jawa, Latin, dan Arab.Tulisan di prasasti
tersebut masih sangat jelas terbaca walaupun sudah usang dimakan usia. Hal ini
sangat menarik untuk dikaji bahwa masjid ini adalah salah satu masjid besar dan
berpengaruh dizamannya. Masjid ini juga banyak dikunjungi orang dari berbagai
daerah. Hal ini menandakan bahwa Semarang sejak dulu merupakan salah satu kota
besar sekaligus kota pelabuhan yang maju.
Saat RM
Tumenggung Ario Purboningrat berkuasa pada 1867, ia merenovasi masjid tersebut.
Kemudian pada 23 April 1889 dengan bantuan dari Asisten Residen Semarang GI
Blume dan Bupati R Tumenggung Cokrodipuro, masjid itu lagi-lagi direnovasi.
Arsitek berkebangsaan Belanda GA Gambier dipercaya untuk menangani pekerjaan
itu. Masjid selesai di renovasi tanggal 23 November 1890. AH Plas dalam
tulisannya Van't Verjongde Semarang En't Verjongde Semarang 1911 menjuluki
Masjid Kauman sebagai de fraii misigit atau sebuah masjid yang indah.
Meskipun
Semarang sekarang telah memiliki Masjid Agung Jawa Tengah yang lebih megah dan
besar, keberadaan Masjid Kauman ini harus tetap dipertahankan. Karena selain
mengandung nilai sejarah yang panjang, masjid ini juga menjadi tempat
berlangsungnya tradisi Dugderan yang menjadi simbol kebudayaan masyarakat
Semarang dalam menyambut bulan Ramadhan.
Sumber Data
Comments
Post a Comment