TBRS Semarang
Berdirinya taman budaya di setiap daerah
selain menjadi salah satu tujuan wisata juga merupakan representasi ada atau
tidak adanya seniman di kota tersebut. Jika di Jakarta terdapat pusat
kebudayaan sekelas Taman Ismail Marzuki, di Yogyakarta terdapat Taman Budaya
Yogyakarta, Semarang juga punya Taman Budaya yakni Taman Budaya Raden Saleh.
Coretan-coretan tembok berupa seni mural dan grafiti makin memperkental aura
seni di taman budaya ini. Banyak nilai-nilai yang ingin disampaikan dari
coretan-coretan tersebut, seperti indahnya kebersamaan dalam kedamaian sampai
pesan-pesan agar masyarakat mau mencintai dan melestarikan keberagaman
Semarang. Dan disini pengunjung tidak dipungut biaya.
Apa itu TBRS?
Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) adalah
taman wisata sekaligus pusat kesenian Semarang. Beralamat di Jalan Sriwijaya
Nomor 29 di Semarang, lokasi taman ini terbilang strategis, meski tidak
terletak persis di tepi jalan raya. Harus sedikit masuk ke belakang jika ingin
merasakan betul-betul rindangnya pepohonan dan luasnya taman. Rutenya dari
Simpang Lima, ambil arah Jalan Pahlawan. Sampai di lampu merah Polda Jawa
Tengah, belok kiri. Lurus terus hingga Anda temui Wonderia di kanan jalan. Nah,
sebelah Wonderia ada gedung Perpustakaan Daerah Jawa Tengah, masuk saja, lalu
lewati jalan di samping perpustakaan. Masuk terus, dan Anda akan jumpai gerbang
besar, bertuliskan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS). Jika Anda tidak membawa
kendaraan pribadi, Anda bisa menumpang Angkutan Kota atau bus jurusan Java
Mall. Rute angkot dan bus ini melewati jalan Sriwijaya.
TBRS dulu bernama Taman Hiburan Rakyat, dan
merupakan lokasi kebun binatang Semarang. Setelah kebun binatang dipindah ke Tinjomoyo
–sekarang sudah dipindah lagi ke Mangkang, taman ini berganti nama menjadi
Taman Budaya Raden Saleh. Fungsi taman pun berubah menjadi pusat kesenian dan
kebudayaan Jawa Tengah, dan sebagian wilayahnya diubah menjadi Taman Rekreasi
Keluarga Wonderia.
Mengapa dinamai Taman Budaya Raden Saleh?
Raden Saleh Sjarif Boestaman, salah satu pelukis Indonesia paling terkenal,
berasal dari Semarang. Nah, taman ini menggunakan nama Raden Saleh tentu
dikarenakan taman ini adalah pusat kesenian dan Raden Saleh adalah tokoh seni
yang berasal dari Semarang. Jadi, pengambilan nama Raden Saleh tidaklah keliru.
TBRS bukan sekadar pusat kesenian. TBRS adalah bukti nyata bahwa Semarang juga
memiliki budayawan, penulis, sastrawan, pelukis dan pekerja seni lain. TBRS
menjadi salah satu ruang mereka berekspresi.
Itulah kenapa TBRS patut Anda masukkan
dalam daftar destinasi di Semarang yang layak dikunjungi. Bagi Anda pecinta
kesenian, baik tradisional maupun masa kini, teater, dan sastra, tidak perlu
berpikir dua kali untuk datang ke sini.
Di taman budaya yang memiliki luas kurang
lebih 89.926 meter persegi ini pada malam Jumat Kliwon kerap digelar pementasan
wayang kulit, di hari-hari tertentu ada pula pementasan wayang orang, teater,
seni drama, dan pembacaan puisi. Sastrawan dan penyair-penyair Semarang dan
sekitarnya pun sering berkumpul di TBRS, maklum, ini wadahnya orang Semarang
berkesenian dan berekspresi. Jika beruntung, Anda bisa berkenalan dengan
mereka. Menarik, bukan?
Jika Anda tidak pernah menonton pertunjukan
wayang orang secara langsung, jangan ragu untuk datang ke sini. Tetapi, sebelum
datang ke sini terlebih dahulu lihat jadwal pertunjukan di TBRS. Jadwal ini
biasanya dipublikasikan di website resmi TBRS. Anda pun bisa menikmati
acara-acara menarik lainnya, seperti musikalisasi puisi dan pembacaan antologi
baik puisi maupun cerpen.
Empat Gedung Utama
TBRS memiliki empat gedung utama, yaitu
Gedung Ki Narto Sabdho, Gedung Serba Guna, Kantor Pengelola TBRS, dan Kantor
Dewan Kesenian Semarang. Di Gedung Narto Sabdho, setiap malam Minggu biasa
digelar pertunjukan wayang orang Ngesti Pandawa. Sedangkan di Gedung Serba Guna
ada pertunjukan wayang kulit setiap malam Jumat Kliwon. Tidak rugi menonton
wayang di sini. Mengapa? Dalang-dalang favorit dan terkenal Jawa Tengah pentas
di sini.
Pertunjukan teater dapat jatah hari Selasa
Pahing malam, biasanya dipentaskan oleh Forum Teater Kampus Semarang (Fotkas).
Bagi Anda pecinta seni tari, jangan khawatir. Pertunjukan musik dan tari juga
sering digelar di sini, namun tidak ada jadwal yang paten seperti pertunjukan
lainnya. Itulah kenapa Anda sebaiknya lihat jadwal pementasan di website TBRS
terlebih dahulu sebelum bertandang ke sini. Pementasan musik dan tari biasanya
digelar di Teater Terbuka, di belakang Kantor Dewan Kesenian Semarang.
TBRS Sore Hari
Tidak bisa datang ke TBRS dan menonton
pertunjukan di malam hari? Masih ada alasan berkunjung ke TBRS. Meski Anda
singgah ke taman ini saat sore hari, Anda tidak akan rugi, karena saat sore
Anda masih bisa melihat anak-anak muda Semarang berlatih teater, membaca puisi,
menari, dan bermain musik. Mereka berlatih di tiga joglo besar di halaman
belakang TBRS. Duduk-duduk di bawah pohon yang rindang sambil melihat generasi
muda berkesenian, bukankah aktivitas yang cukup menarik? Tentu saja hal ini
mungkin Anda lakukan jika waktu Anda cukup luang saat berada di Semarang. Di
Pujasera TBRS, Anda bisa cicipi makanan ala Semarang. Juga, ada banyak pedagang
keliling yang mangkal di sini. Pecinta makanan jalanan pasti senang, makan
murah dan menyenangkan.
Kondisi sekarang beda dengan zaman dulu
ketika acara hiburan terbatas. Sekarang banyaknya pilihan hiburan yang dapat
dipilih masyarakat Indonesia sehingga dapat menyebabkan minat masyarakat akan
menonton kesenian berkurang. Namun diluar dugaan saya ketika sampai disana
ternyata banyak remaja yang antri memenuhi ruang teras gedung Ki Narto Sabdo di
Taman Budaya Raden Saleh (TBRS).
Sumber Data
Comments
Post a Comment