Arsitektur Tua Klenteng Poncowinatan


Ada dua kelenteng untuk beribadah warga Tionghoa di Yogyakarta. Pertama Kelenteng  Zhen Ling Gong di daerah Poncowinatan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Kedua adalah Kelenteng Gondomanan atau Vihara Budha Praba yang terletak di Jl Brigjen Katamso, Gondomanan, Kota Yogyakarta. Kelenteng Poncowinatan terletak di Jl Poncowinatan No. 16 atau tepatnya di belakang Pasar Kranggan. Dari Tugu Yogyakarta jaraknya sekitar 250 meter. Kita hanya berjalan kaki ke arah utara melewati Jl AM Sangaji terus belok ke kiri langsung sampai di kelenteng yang menghadap ke selatan itu.



Bangunan ini didominasi warna merah dan kuning emas sebagai corak ornamen dengan sudut atap yang meruncing sudah menjadi salah satu ciri khas dari kawasan Pasar Kranggan yang terletak di Jalan Poncowinatan. Masyarakat Yogyakarta mengenalnya dengan sebutan Klenteng Poncowinatan, bangunan ini berdiri pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VII. Sejarah berdirinya bangunan ini bermula dari ditetapkannya kawasan Poncowinatan sebagai Chinesse Town (de Chinese Bevolking).Klenteng Poncowinatan dibangun di atas Sultan ground (tanah keraton/milik sultan)dengan luas tanah 6.244 meter2. Dari tanah yang diberikan itulah, orang Tionghoa akhirnya mendirikan tempat peribadatan mereka yakni Kauw Lang Teng, yang kemudian mengalami perubahan penyebutan menjadi Klenteng yang berarti tempat mendidik orang. Klenteng Poncowinatan atau Zhen Lin Gong ini menjadi klenteng tertua di Yogyakarta yang sudah ada sejak tahun 1881
.
"Di Kelenteng Zhen Ling Gong ini ada 17 altar. Yang utama ada di altar bagian tengah yakni untuk Kwan Kong. Sedangkan 16 altar lainnya berada mengelilingi bangunan," kata pengurus Kelenteng Poncowinatan, Margo Mulyo atau Tjia Tjiek Su.


Pada awal berdirinya kelenteng kata Margo, selain untuk beribadah di tempat itu juga digunakan sebagai tempat/sarana pendidikan. Di tempat itu merupakan tempat didirikannya sekolah modern Tionghoa pertama di Yogyakarta bernama Tiong Hoa Hak Tong (THHT).Keistimewaan dari Klenteng Poncowinatan ini merupakan salah satu Bangunan Cagar Budaya (BCB) yang dimiliki Kota Yogyakarta yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.07/PW.007/MKP/2010,yang ditanda tangani Menteri Kebudayaan dan Pariwsata Jero Wacik. Keunikan yang lain dari Klenteng Poncowinatan ini terlihat ketika setiap perayaan Imlek yang menghadirkan nuansa adat Jawa.

Setiap Imlek tiba, Klenteng Poncowinatan ini dalam tradisinya menggelar tumpengan merah putih yang didoakan bersama-sama. Tumpengan merah putih ini digelar untuk mendoakan bangsa dan negara Indonesia dan kemakmuran umat di seluruh dunia. Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) juga akan diselenggarakan disini yang merupakan perayaan rutin Tiong Ciu 2016, pada tanggal 15 bulan 8 Imlek, yang jatuh pada Kamis (15/9/2016) mendatang. Acara tersebut akan dimulai pukul 17.00 sampai selesai, di halaman Klenteng Poncowinatan (utara pasar Kranggan), terbuka untuk umum.

Walaupun Klenteng ini memiliki arsitektur tua yang menarik dan telah dijadikan salah satu cagar budaya, Klenteng Poncowinatan tergolong sepi dibandingkan dengan Klenteng Gondomanan. Hanya ada beberapa orang yang datang, baik untuk beribadah maupun hanya berkunjung untuk melihat-lihat dan mencoba ramalan Ciam Sie.Hal ini sangat disayangkan, ketika kita mempunyai suatu hasil kebudayaan, kita wajib untuk ikut menjaga dan meramaikan, khususnya kita yang memiliki keturunan Tionghoa. Jika tidak ikut menjaga, maka siapa yang akan meneruskan budaya asli leluhur nantinya.

Sumber Data
Poncowitan Arsitektur Klenteng Tertua Di Yogyakarta
Yogyakarta Nggak Cuma Keraton, Ada Kelenteng Poncowinatan
Klenteng Poncowinatan; Klenteng Cagar Budaya Tertua di Yogyakarta
Perayaan Tiong Ciu 2016 Bakal Digelar di Klenteng Poncowinatan Yogyakarta Sumber Data

Comments

  1. Bermanfaat dan menambah wawasan, terima kasih...

    Jika kalian mencari jasa untuk pengecatan lapangan atau epoxy? Bingung berapa biaya yang diperlukan? baca disini Harga Epoxy Lantai

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kesenian Indonesia : Wayang Antareja dan Sifat Saya

Proses Pergeseran Benua

Gambang Semarang